Berkedok Di Balik Demokrasi

Berkedok Di Balik Demokrasi

LPM Pendapa - Indonesia selalu mengagungkan namanya sebagai negara demokrasi, bahkan agar demokrasi berjalan lebih baik Indonesia melakukan amandemen Undang – Undang Dasar (UUD) sebanyak empat kali. Tapi apakah iklim demokrasi itu telah dirasakan oleh seluruh rakyat Indonesia terutama mahasiswa, yang sering disebut kaum terpelajar bahkan agen of change karena sejarah yang telah terukir dan tidak bisa dilupakan ketika menggulingkan rezim Soeharto. Sementara di kampus sendiri sebagai tempat mahasiswa berpikir kritis dan mencari tahu suatu kebenaran apakah iklim demokrasi itu telah dirasakan oleh mahasiswa?

Pemimpin yang terhubung dengan bawahannya otomatis setiap program dan kegiatan yang dilaksanakan akan mendapatkan bukan hanya partisipasi dari bawahan tetapi juga emansipasi. Participation with emansipation adalah bentuk konkret hubungan kejiwaan antara pemimpin dengan bawahannya. Hubungan kejiwaan tersebut akan terbentuk mulai dari saat proses penentuan dan pemilihan pemimpin. Siapa yang paling mengetahui karakteristik calon pemimpin tidak lain adalah konstituen yang akan dipimpinnya.

Demikian juga dalam hal pemilihan rektor, siapa yang paling mengetahui kapasitas, kapabilitas dan kualitas rektor, tidak lain adalah civitas akademika universitas yang bersangkutan. Melalui senat universitas saja, sering tidak mampu mengakomodasi kecenderungan civitas akademika, apalagi sebagian besar suara diberikan oleh Mendiknas. Kondisi ini sepertinya ingin tetap menunjukkan dominasi pusat terhadap daerah, dominasi atasan bawahan dalam gempuran otonomi yang tidak jelas kemana arahnya.

Oleh karena itu dinamika pemilihan rektor semestinya dikelola oleh civitas akademika secara mandiri. Universitas sebagai menara api dengan kebebasan akademik dan kebebasan mimbar akademiknya ternyata tidak mampu mendapatkan kebebasannya di dalam pemilihan rektor dengan adanya Permendiknas No. 24 Tahun 2010.

Kebebasan berpendapat dan berpikir kritis pun terkadang harus dipikir dua kali oleh mahasiswa karena ketika dia berani mengeluarkan suaranya, cacian dan intimidasi tak jarang didapat dari kaum elite kampus. Kritikan menjadi hal yang menakutkan bagi mereka, ketakutan akan kehilangan kekuasaan.

Bukankah para elite kampus selalu mengumbar kepada mahasiswa bahwa kritikan itu akan membangun kita agar lebih baik lagi. Tapi kenyataannya para elite kampus takut akan adanya sebuah kritikan. Mereka hanya ingin dilihat baik dan benar sehingga mahasiswa menerima apapun yang telah menjadi kebijakan para elite kampus.

Di kampus merupakan tempat belajar berdemokrasi. Buruknya demokrasi di kampus akan berdampak pada buruknya demokrasi Nasional. Karena jika kaum intelektual saja belum mampu menerapkan demokrasi secara benar apa lagi masyarakat awam dan rakyat jelata.

Para penerus bangsa akan lahir dari dunia pendidikan. Dunia pendidikan yang bersih dan syarat akan demokrasi akan melahirkan para pencetak bangsa yang mampu berpikir kritis dan bersaing dengan dunia internasional.

Namun apa jadinya jika dunia pendidikan dibumbui dengan ketidakbebasan, keterbatasan menjalankan demokrasi dan pasti akan berdampak besar pada keberlangsungan Indonesia kedepan, karena tak ada yang tak mungkin jika para penerus bangsa mengikuti jejak para elite kampus atau pendidiknya yang takut akan kritik dan takmembiarkan demokrasi masuk di dunia kampus.

Maka jangan menyalahkan para pejabat begitu saja yang korupsi dan para menteri yang bekerja lambat, karena bisa saja itu yang mereka dapat ketika mereka belajar, lingkungan pendidikan tanpa kebebasan lingkungan pendidikan yang penuh akan korupsi. Seperti yang pernah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) katakan, ternyata dunia pendidikanlah yang berpeluang akan adanya korupsi.

Jadi untuk para elite kampus, kenapa harus takut akan kritik, bukankah kritik itu membangun agar diri sendiri khususnya dan kampus yang kita cintai ini bisa terus berjaya, bersaing dengan kampus-kampus lain. Maka kampus merupakan tempat belajar bagaimana memformat demokrasi yang baik jika dikampus saja masih timbul kecurangan. Entah apa yang terjadi dengan Indonesia? Tidak akan ada yang tahu.

Please Select Embedded Mode To Show The Comment System.*

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال