Social icon element need JNews Essential plugin to be activated.
  • PENDAPA SELINTAS
  • LIPUTAN UTAMA
  • WAWANCARA
  • OPINI
  • SASTRA
  • RESENSI
    • BUKU
    • FILM
  • EDITORIAL
No Result
View All Result
  • PENDAPA SELINTAS
  • LIPUTAN UTAMA
  • WAWANCARA
  • OPINI
  • SASTRA
  • RESENSI
    • BUKU
    • FILM
  • EDITORIAL
No Result
View All Result
Home RESENSI FILM

Pelajar Berkarakter dalam Film Denias, Senandung di Atas Awan

by Zukhruf Kalyana Mukti
6 Desember 2021
4 min read
Pelajar Berkarakter dalam Film Denias, Senandung di Atas Awan

Credit Photo: Asian pasific screen awards

Judul Film : Denias, Senandung di Atas Awan

Sutradara : John de Rantau

Produser : Nia Zulkarnaen dan Ari Sihasale

Penulis   : Jeremias Nyangoen dan Monty Tiwa

Durasi   : 110 Menit

Tahun  : 2006

Film ini mengisahkan tentang seorang anak bernama Denias yang tinggal di pedalaman Papua, yakni suku Boneo. Denias memiliki impian yang tinggi untuk bersekolah meski di daerahnya tidak ada sarana pembelajaran yang layak. Saat itu, Denias dan teman-temannya diajar oleh satu-satunya guru yang berasal dari Jawa. Namun sayang, sang guru harus kembali ke Jawa karena istrinya yang sakit parah. Sehingga proses belajar berhenti karena tidak ada yang mengajar.

Denias yang gigih belajar mendatangi seorang tentara yang sering dipanggil Maleo. Mendengar rengekan dan permintaan Denias yang tulus ingin belajar, Maleo luluh dan bersedia mengajar. Hingga suatu ketika untuk mewujudkan keinginan Denias bersekolah di kota ia memilih meninggalkan kampung halaman dan ayahnya secara diam-diam.

Ketika tiba di sekolah kota, Denias pun tetap harus berjuang untuk dapat bersekolah karena peraturan sekolah yang mengharuskannya membayar serta memiliki rapot. Semua teman yang mendengar keluh kesah Denias bersikap skeptis. Mereka menganggap sekolah merupakan hal mewah yang sulit didapatkan oleh anak-anak tanpa orang tua yang berkedudukan tinggi seperti mereka.

Film bertemakan pendidikan ini diangkat dari kisah nyata. Film ini menggambarkan bagaimana permasalahan pendidikan di Indonesia yang tidak merata. Banyak daerah terpencil yang kurang diperhatikan sehingga anak-anak tidak mendapatkan pendidikan yang layak. Tak hanya soal pendidikan, film ini menggambarkan bagaimana kesenjangan sosial dan diskriminasi kerap terjadi. Denias dilarang bertengkar dengan temannya yang bernama Noel oleh ayahnya meskipun Noel bersikap curang dan kasar kepadanya. Alasannya adalah Noel merupakan anak kepala suku yang memiliki kedudukan tinggi dan dipercaya memiliki kekuatan supranatural.

Karakter Denias juga mengajarkan kita untuk meraih impian walaupun tidak mudah dan dihadapkan dengan berbagai rintangan. Dalam meraih impiannya untuk belajar, Denias dihadapkan oleh masalah yang bertubi-tubi mulai dari kepergian gurunya, robohnya honai hingga harus meninggalkan keluarganya demi mengenyam pendidikan. Karakter tangguh, pekerja keras, berkemauan kuat dan hasrat belajar seperti Denias inilah yang seharusnya dimiliki oleh para pelajar di Indonesia.

Keunggulan dari film ini adalah mengangkat isu soal pendidikan yang tidak merata dan kesenjangan sosial yang kerap kali ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Latar dalam cerita ini adalah sebuah daerah terpencil di Papua yang sangat kental akan budaya. Banyak properti-properti asli daerah tersebut yang digunakan untuk pengambilan film, sehingga kita mendapat gambaran yang sangat jelas akan daerah tersebut. Film ini juga menceritakan beberapa adat budaya yang menambah wawasan kita.

Sayangnya, jalan cerita dalam film ini terasa monoton dan tidak menegangkan sehingga membuat hati kurang merasa puas. Film hanya berhenti pada saat tokoh utama berhasil masuk ke sekolah dasar, dan saya merasa hal tersebut kurang greget. Cerita yang dibawa juga sederhana dan hanya memiliki sedikit konflik, sehingga tidak ada pengembangan karakter yang berarti.

Film ini sangat direkomendasikan untuk berbagai kalangan. Selain memotivasi kita untuk belajar dan meraih impian. Film ini juga menambah wawasan budaya Papua. Latar tempat film diambil di Papua dan beberapa adegannya memperlihatkan tradisi suku pedalaman. Misalnya rumah adat bernama Honai dan upacara pemotongan jari tangan salah satu anggota keluarga yang sedang berduka cita.

Penulis             : Zukhruf Kalyana Mukti
Tim                  : Ikke Rindiani
Editor              : Lailatul Nur Aini

Tags: berkarakterDenias Senandung di atas AwanPELAJAR
ShareTweetSendShare

© 2020 LPM PENDAPA TAMANSISWA

Navigate Site

  • TENTANG KAMI
  • PEDOMAN MEDIA SIBER
  • KIRIM KARYA

Follow Us

Social icon element need JNews Essential plugin to be activated.
No Result
View All Result
  • PENDAPA SELINTAS
  • LIPUTAN UTAMA
  • WAWANCARA
  • OPINI
  • SASTRA
  • RESENSI
    • BUKU
    • FILM
  • EDITORIAL

© 2020 LPM PENDAPA TAMANSISWA