• PENDAPA SELINTAS
  • LIPUTAN UTAMA
  • WAWANCARA
  • OPINI
  • SASTRA
  • RESENSI
    • BUKU
    • FILM
  • EDITORIAL
No Result
View All Result
  • PENDAPA SELINTAS
  • LIPUTAN UTAMA
  • WAWANCARA
  • OPINI
  • SASTRA
  • RESENSI
    • BUKU
    • FILM
  • EDITORIAL
No Result
View All Result
Home RESENSI BUKU

Berjudi dengan Nasib di Lautan

by Ade Tegar Irsandy
7 November 2019
4 min read
Berjudi dengan Nasib di Lautan

Buku The Old Man and The Sea (Ilustrasi: Ade Tegar I.)

Judul: The Old Man and The Sea (Lelaki Tua dan Laut) | Penulis: Ernest Hemingway | Penerbit: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia) | Cetakan: Pertama, Mei 2016 | ISBN: 978-602-6208-88-0

“Jangan,” kata lelaki tua itu. “kau sudah bekerja pada sebuah perahu yang beruntung. Jangan kau tinggalkan perahu itu.”

Ucap Santiago pada Manolin ketika anak muda itu memutuskan ingin mengikutinya berlayar. Hari ini adalah hari ke delapan puluh empat dan Santiago masih belum mendapatkan apapun. Orang tua Manolin tentu saja tidak begitu yakin sehingga ia memerintahkan Manolin untuk mencari perahu lain. Tentu saja Manolin tidak punya pilihan lain selain menuruti perintah itu.

Kemalangan yang dialami Santiago juga mempengaruhi pandangan penduduk sekitar di Teluk Meksiko. Beberapa di antaranya mengejek lelaki tua itu. Penduduk yang lebih tua memandang ke arahnya dan merasa kasihan. Walau begitu, Santiago benar-benar tidak ambil pusing. Setelah merapikan peralatan memancing, dibantu Manolin yang juga memanggul peralatan-peralatan tersebut, ia berjalan menuju gubuk miliknya.

Keesokan hari, Santiago memutuskan untuk mengadu peruntungannya, lagi. Hari itu adalah hari ke delapan puluh lima (angka yang diklaim Santiago sebagai angka keberuntungannya). Dengan persiapan yang sekadarnya, juga dengan umpan-umpan yang pada hari sebelumnya sudah dipersiapkan oleh Manolin, Ia kembali berlayar. Sendirian. Nantinya, Santiago akan menghadapi “musuh” yang tidak pernah ia duga karena musuh itu menguras tenaga serta fokusnya selama tiga hari berturut-turut. Dengan usia di penghujung senja, apakah Santiago akan berhasil?

Titik itu nantinya akan mengisi jalan cerita di sepanjang novel setebal 102 halaman ini.

The Old Man and The Sea, karya yang mengantarkan Ernest Hemingway meraih Hadiah Pulitzer pada 1953. Setahun kemudian, pada 1954, Hemingway meraih hadiah Nobel di bidang kesusastraan atas jasanya melahirkan dan mengembangkan gaya baru dalam sastra modern. Novel ini mempunyai beragam versi terjemahan ke Bahasa Indonesia. Kebetulan, penulis mendapatkan versi yang diterjemahkan oleh Sapardi Djoko Damono, seorang sastrawan senior yang nama dan karyanya tidak perlu diragukan lagi. Oleh karena itu, penulis berharap bahwa terjemahan buku ini akan luar biasa.

Sayangnya tidak terlalu.

Penulis belum membaca terjemahan lain dari novel ini sehingga tidak dapat membandingkannya. Tetapi sungguh, penulis merasa bahwa ada hal yang kurang dari segi terjemahan. Lebih-lebih pada bagian awal novel. Luputnya catatan kaki juga membuat pembaca sedikit bingung karena terdapat beberapa istilah yang menggunakan Bahasa Meksiko.

Untuk aspek penokohan, penulis melihat Manolin betul-betul tulus membantu Santiago. Seperti membelikannya makanan dan peduli terhadap kesehatan Santiago. Sosok Manolin cukup menggambarkan relasi yang hangat, sesuatu yang menurut penulis memang dibutuhkan oleh Santiago karena ia hidup sebatang kara.

Penulis cukup menikmati babak tatkala Santiago bertemu dengan ‘sang lawan’. Santiago adalah tokoh yang penuh sikap optimis. Beberapa kali ketika pikirannya mulai kacau karena kelelahan, ia bangkit dan merebut kembali kesadaran tersebut. Tekadnya kuat dan ia pantang menyerah bahkan ketika dalam masa sulit sekalipun. Di sepanjang pertengahan novel, ia akan bermonolog ria karena memang tidak ada satupun manusia di dekatnya. Ketiadaan radio (yang juga ia keluhkan) memberinya kebebasan untuk menjadi Santiago yang berbeda dibandingkan dengan ia pada awal novel.

Fakta bahwa Ernest suka memancing (hlm. vi), membuatnya fasih menggambarkan proses-proses memancing di novel ini, sekaligus mampu memperkenalkan beberapa nama ikan bahkan hingga ke tingkatan tingkah laku khasnya.

Terlepas dari berbagai perdebatan yang terjadi karena mempersoalkan interpretasi tokoh dan keadaan, novel ini cocok bagi mereka yang mempunyai sedikit waktu senggang. Dengan alur yang mudah diikuti dan cerita yang bisa dibilang ringan, novel ini bisa “dilahap” dalam waktu yang singkat.

Penulis: Ade Tegar Irsandy

Tags: BUKUERNEST HEMINGWAYRESENSI
ShareTweetSendShare

Related Posts

Memoar Wirda: Meraih Mimpi dengan Bermimpi

Memoar Wirda: Meraih Mimpi dengan Bermimpi

15 Maret 2021
52

Bekal Liputan Investigasi Agar Tak “Bangkrut” di Tengah Jalan

9 September 2020
173
Berguru Melalui Kisah Hidup Iman Usman

Berguru Melalui Kisah Hidup Iman Usman

19 Agustus 2020
366
Meraba Zaman yang Kelabu

Meraba Zaman yang Kelabu

17 Mei 2020
155
Sebuah Kisah dari Ayah

Sebuah Kisah dari Ayah

13 April 2020
160
Filosofi Lama untuk Mental Tangguh “Zaman Now”

Filosofi Lama untuk Mental Tangguh “Zaman Now”

11 April 2020
410
Kala Fromm Proyeksikan Dehumanisasi

Kala Fromm Proyeksikan Dehumanisasi

9 April 2020
203
Tank Merah Muda: Ingatan Reformasi dari Sudut Pandang Perempuan

Tank Merah Muda: Ingatan Reformasi dari Sudut Pandang Perempuan

10 Februari 2020
155
Nilai Estetika Sebuah Perbedaan

Nilai Estetika Sebuah Perbedaan

9 Oktober 2019
162

© 2020 LPM PENDAPA TAMANSISWA

Navigate Site

  • TENTANG KAMI
  • PEDOMAN MEDIA SIBER
  • KIRIM KARYA

Follow Us

No Result
View All Result
  • PENDAPA SELINTAS
  • LIPUTAN UTAMA
  • WAWANCARA
  • OPINI
  • SASTRA
  • RESENSI
    • BUKU
    • FILM
  • EDITORIAL

© 2020 LPM PENDAPA TAMANSISWA