Antrean panjang yang biasanya memenuhi depan Ruang Tata Usaha (TU) Fakultas Ekonomi (FE) pada masa pra-Ujian Tengah Semester (UTS) tak terlihat lagi. Namun Tim Pendapa menjumpai pemandangan unik ketika dua mahasiswa UST terlihat sedang mencetak kartu UTS di tempat fotocopy di Jalan Glagahsari, Yogyakarta pada Kamis (17/10/2019). Apa yang terjadi?
Senin (14/10/2019) Admin Sistem Informasi Akademik (SIA) FE mengunggah pengumuman ketentuan UTS Semester Gasal Tahun Akademik 2019/2020. Informasi yang dibagikan di grup Telegram ‘Info Cepat FE-UST’ tersebut mendapat respon dari beberapa mahasiswa yang masih belum mengerti ketentuan baru itu. Menyikapi kebijakan baru yang diterapkan, mahasiswa memberikan pendapat yang berbeda-beda.
Erni Astiani, mahasiswa Program Studi (Prodi) Manajemen FE semester 5 beranggapan sistem baru pencetakan kartu UTS mempermudah dirinya, meski awalnya dianggap menyusahkan. “Awalnya saya kaget. Tapi itu bagus, sekarang tidak perlu antre panjang untuk mendapatkan kartu ujian, meski nge–print sendiri,” jelasnya.
Namun, Erni mengungkapkan bahwa pihak kampus kurang memperhatikan kesulitan yang dialami mahasiswa baru. Ia melihat banyaknya mahasiswa angkatan 2019 yang masih terkendala dengan pemahaman lebih dalam terkait website SIA yang dimiliki FE. “Untuk kebijakan baru, mestinya untuk mahasiswa baru ada pemberitahuan dan sosialisasi terlebih dulu di awal, agar mempermudah mereka,” pungkasnya.
Di lain pihak, Shifa Maharani, mahasiswa baru Prodi Manajemen menganggap kebijakan baru tersebut membuatnya menunggu dan mengharuskan ia mengeluarkan uang kembali. “Kemarin baru bisa download hari Kamis, alangkah baiknya dibagi yang sudah printout–nya,” terang Shifa.
Merespon hal ini, Wakil Dekan II FE Ki Risal Rinofah menjelaskan terkait kebijakan baru sistem pencetakan kartu UTS. Ki Risal menyampaikan bahwa zaman sudah digital sehingga menyasar fakultas agar memiliki kemandirian sistem. “Kita ingin menerapkannya di FE agar hal-hal yang bersifat administratif mudah diakses,” jelasnya.
Selain itu, Ki Risal menerangkan bahwa website SIA baru FE yang memiliki. Sehingga FE ingin menjadi pionir di UST dalam hal pemanfaatan teknologi informasi. “Visi kita (FE:red) selalu ada kata ke depan. Kita ingin membiasakan mahasiswa FE terbiasa dengan sistem itu,” terangnya.
Terkait kurangnya sosialisasi yang dilakukan fakultas, Ki Risal menjelaskan bahwa pihak kampus merasa bingung bagaimana seharusnya sosialisasi dilakukan. Sosialisasi dengan masuk ke dalam kelas-kelas tidak memungkinkan untuk dilakukan. “Mengumpulkan secara langsung ribuan mahasiswa juga dalam bentuk acara seperti apa?,” pungkasnya.
Selain mengikuti perkembangan zaman, Ki Yhoga Heru Pratama Bagian Tata Usaha FE beranggapan bahwa dengan mencetak kartu sendiri oleh mahasiswa, akan mengurangi Sumber Daya Manusia (SDM) yang dibutuhkan fakultas dalam melayani mahasiswa terkait cetak kartu. Selain itu, menurutnya, akan mengurangi terjadinya masalah teknis oleh mahasiswa sendiri seperti hilangnya bukti pembayaran. “Dari kita (TU:red) sering mendapat komplain masalah kartu, adanya kebijakan ini menjadi solusi,” terang Ki Yhoga.
Ki Yhoga turut menjelaskan bahwa kurangnya sosialisasi oleh pihak fakultas juga harus dicari jalan tengahnya. Waktu kuliah yang sangat cepat tidak memungkinkan untuk melakukan sosialisasi secara langsung. Pihak fakultas juga berasumsi adanya SIA FE sejak tahun 2018 dapat membuat mahasiswa familiar dengan SIA dan mudah menangkap informasi yang disampaikan di grup Info Cepat FE-UST. “Untuk angkatan 2019 kami maklumi dan kami sampaikan di grup (alasan:red) belum bisa download, karena proses pembayaran angsuran Tri Dharma masih berjalan,” pungkas Ki Yhoga. [P]
Penulis: Laeli Choerun Nikmah
Editor: Widiya Saputri