Kamis (8/3), IWD Jogja menggelar seruan aksi memperingati Hari Perempuan Internasional. Aksi dilaksanakan pada pukul 10.00 WIB dengan titik kumpul di Gapura Utama Ketandan Malioboro, lalu melakukan longmarch sampai di Titik Nol KM. Aksi kali ini mengusung tema “Perempuan dan Rakyat Bersatu Lawan Seksisme, Tolak KUHP dan Cipta Kerja”.
Aksi ini merupakan aksi momentum dalam bentuk komite, di mana dibentuk atas solidaritas dari berbagai gerakan yang bersatu. “Hal yang mendasari aksi ini sebenarnya karena pasca pandemi covid itu kita cukup redup gerakannya, harapannya aksi ini jadi sebuah pantikan untuk kita bersatu kembali membangun gerakan rakyat yang tidak keluar dari nilai-nilainya tentunya”, ujar Firda.
Dari 12 tuntutan yang dibawakan, salah satunya adalah ciptakan kurikulum pendidikan gender yang komprehensif di lingkungan pendidikan. “Itu salah satu tuntutan yang diajukan di UU TPKS sebelumnya, UU TPKS ini kan di dalamnya melingkupi sosialisasi yang itu kaitnya dengan pencegahan kekerasan seksual”, tutur Firda.
Firda mengatakan gender yang komprehensif itu tidak hanya terkait dengan perempuan mendapatkan hak-hak yang seharusnya, tetapi sejauh mana kapitalisme menindas perempuan dan sejauh mana gerakan perempuan harus bersatu. “Belum lagi hak kesehatan reproduksi ya.. yang mana sampai saat ini Indonesia masih tabu jika membicarakan mengenai kesehatan reproduksi. Harapannya kurikulum komprehensif ini terkait gender dan hak KSR hadir di semua sekolah, karena memang kurikulum gender dan hak KSR ini belum sampai pada level yang tinggi hanya level-level dasar”, ujarnya.
Lebih lanjut, Firda mengatakan dari aksi ini ia berharap semoga setiap individu dapat bebas merdeka lepas dari berbagai ketertindasan, tidak ada kriminalisasi dan diskriminasi terhadap perempuan-perempuan perjuangan.
Reporter: Emylda Nur Alifiani, Bangkit Candra Pamungkas
Penulis: Syefira Fahru Nabila
Editor: Rizqika Noor