• PENDAPA SELINTAS
  • LIPUTAN UTAMA
  • WAWANCARA
  • OPINI
  • SASTRA
  • RESENSI
    • BUKU
    • FILM
  • EDITORIAL
No Result
View All Result
  • PENDAPA SELINTAS
  • LIPUTAN UTAMA
  • WAWANCARA
  • OPINI
  • SASTRA
  • RESENSI
    • BUKU
    • FILM
  • EDITORIAL
No Result
View All Result
Home PENDAPA SELINTAS

Aksi #Jogja Memanggil Berakhir Ricuh, Demonstran Duga ada Penyusup

by Zukhruf Kalyana Mukti
10 Oktober 2020
6 min read
Aksi #Jogja Memanggil Berakhir Ricuh, Demonstran Duga ada Penyusup

“Saya ndak tahu itu mahasiswa atau oknum. Dan itupun (kalau: red) ada penyusup saya gak tau. Tapi saya yakin mahasiswa itu bagus, mengaspirasikan (mengemukakan: red) hal-hal yang tidak disetujui,” ujar salah seorang warga.

Kamis (8/10) ribuan warga terdiri dari mahasiswa, pelajar dan berbagai elemen masyarakat melakukan long march dalam aksi #JogjaMemanggil yang merupakan lanjutan dari aksi penolakan Omnibuslaw di Gejayan pada 5 Oktober 2020.

Massa aksi yang melebur dalam Aliansi Rakyat Bergerak (ARB) mulai bergerak dari bunderan Universitas Gadjah Mada pukul 11.34 WIB dan tiba di gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DIY pukul 13.02 WIB. Setiba di depan gedung DPRD massa melakukan orasi dan menyanyikan berbagai yel-yel sedangkan polisi mengambil sikap siaga dibalik pagar.

gambar : kal

Awalnya aksi berjalan damai, hingga bentrokan terjadi saat terdengar suara tembakan gas air mata. Massa aksi melempar berbagai macam barang dan polisi masih menembakkan gas air mata.

Bentrok sempat terhenti sekitar pukul 13.12 WIB ketika mobil komando datang dan mengarahkan massa aksi ke titik 0 KM. Namun terjadi lagi pada pukul 13.25 WIB karena kedua belah pihak saling melempar. Bentrokan berlanjut menimbulkan korban luka dari kedua belah pihak, khususnya massa aksi. Beberapa peserta aksi yang kedapatan terluka dengan cepat dievakuasi untuk mendapat bantuan tim medis.

Pukul 13.33-13.38 WIB tembakan terus terdengar sehingga massa aksi pecah dan tidak dapat teridentifikasi. Bentrokan yang terjadi menimbulkan kerusakan di berbagai tempat. Sebuah restoran di samping gedung DPRD DIY juga terbakar. Massa aksi sempat berusaha memadamkannya, namun pihak polisi masih menembaki dengan gas air mata.

Peristiwa itu sangat disayangkan warga. Dono yang tinggal di sekitar Malioboro mengungkapkan pendapatnya. Ia mengatakan bahwa Malioboro merupakan jantung pariwisata Yogyakarta. Adanya kericuhan tersebut dikhawatirkan akan berdampak pada pendapatan warga sekitar. Meskipun demikian, ia yakin mahasiswa memiliki niat baik.

gambar : kal

“Saya ndak tahu itu mahasiswa atau oknum. Dan itupun (kalau: red) ada penyusup saya gak tau. Tapi saya yakin mahasiswa itu bagus, mengaspirasikan (mengemukakan: red) hal-hal yang tidak disetujui,” ujarnya.

Kecurigaan tentang adanya penyusup disampaikan pula oleh Widi dan James, mahasiswa sekaligus demonstran. Sebab sebelum aksi dimulai para demonstran sudah bersepakat untuk melaksanakan aksi secara damai. Widi juga mengatakan telah berjanji dengan teman-temannya untuk tidak melakukan demo dengan anarkis.

“Kita demo jangan sampai menyalahi aturan dan tetap mengikuti protokol juga. Kalo kami sih tujuannya menyampaikan aspirasi. Tapi ngga tau itu ada punyusup kan. Bahkan kita sempat ngobrol sama bapak polisinya,” tegas Widi.

Hal serupa disampaikan James yang merasa ada oknum-oknum memasuki barisan.

“Tadi itu banyak oknum-oknum, mahasiswa bukan dan anak STM enggak. Jadi bapak-bapak gitu pakai baju biasa,” ungkap James.

Sesuai janji mahasiswa, Widi dan James menegaskan akan tetap turun ke jalanan bersama demonstran lainnya selama tuntutan belum terpenuhi. Mereka juga menegaskan akan tetap tertib, mengikuti peraturan yang ada, dan tidak merusak fasilitas umum, karena bagaimanapun juga menurut mereka fasilitas umum dibangun dengan uang masyarakat.

gambar massa aksi melakukan long mars : Kal

Berdasarkan rilis pasca aksi dari Aliansi Rakyat Bergerak pada 08/10/2020 diketahui terdapat 30 massa aksi yang mendapatkan perawatan tim medis ARB dan beberapa diantaranya dalam kondisi kritis serta 95 orang berada di Polresta Yogyakarta karena ditahan. Dilakukan advokasi oleh tim kuasa hukum untuk peserta aksi yang ditahan agar hak-haknya tetap terpenuhi.

Tuntutan yang dirilis oleh Aliansi Rakyat Bergerak:

  1. Mencabut Omnibus Law
  2. Membebaskan kawan-kawan yang ditangkap
  3. Melawan tindakan kekerasan aparat dan ormas reaksioner
  4. Menyerukan tetap turun ke jalan sampai terbentuknya dewan rakyat. [P]

Penulis : Zukhruf Kalyana Mukti

Editor : Laeli Choerun Nikmah

Reporter : Zukhruf Kalyana Mukti dan Mohammad Dedy Setiawan

ShareTweetSendShare

Related Posts

REFLEKSI AKHIR TAHUN “Mitos Penanganan Covid-19 di Indonesia”

REFLEKSI AKHIR TAHUN “Mitos Penanganan Covid-19 di Indonesia”

2 Januari 2021
31
Puisi-puisi Ardhi Ridwansyah

Puisi-puisi Ardhi Ridwansyah

26 Desember 2020
57
Tersisih

Tersisih

24 Desember 2020
30
Puisi-puisi Aris Setiyanto

Puisi-puisi Aris Setiyanto

23 Desember 2020
21
DIY Zona Merah Covid, Warga: Tanggung Jawab Kita Semua

DIY Zona Merah Covid, Warga: Tanggung Jawab Kita Semua

30 November 2020
38
Mampukah Indonesia Sejajar dengan Negara Maju saat Mahasiswa Berperan Menyongsong SDGs

Mampukah Indonesia Sejajar dengan Negara Maju saat Mahasiswa Berperan Menyongsong SDGs

16 November 2020
60
Kosong

Kosong

10 November 2020
86
Gerakan Mahasiswa Sekarang Bisa Melampaui Reformasi 98 atau Enggak Sih ?

Gerakan Mahasiswa Sekarang Bisa Melampaui Reformasi 98 atau Enggak Sih ?

5 November 2020
198

Tetap Tolak Omnibus Law, ARB Gelar Dewan Rakyat

27 Oktober 2020
26

© 2020 LPM PENDAPA TAMANSISWA

Navigate Site

  • TENTANG KAMI
  • PEDOMAN MEDIA SIBER
  • KIRIM KARYA

Follow Us

No Result
View All Result
  • PENDAPA SELINTAS
  • LIPUTAN UTAMA
  • WAWANCARA
  • OPINI
  • SASTRA
  • RESENSI
    • BUKU
    • FILM
  • EDITORIAL

© 2020 LPM PENDAPA TAMANSISWA