“Setelah aksi ini, kami akan melakukan tindakan advokasi juga kalo selanjutnya tidak mendapatkan kepastian. Kami akan melakukan aksi lebih besar lagi, dalam waktu nanti ditetapkan dalam dasar Rapat Pimpinan (Rapim).” Pungkas Aswar selaku
Koordinator Umum
Senin (30/09/2019), Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) yang tergabung dalam Forum BEM Daerah Istimewa Yogyakarta (FBD) menggelar aksi damai. Aksi ini diikuti lebih dari 400 massa aksi diantaranya berasal dari Universitas Respati Yogyakarta (UNRIYO), Universitas Islam Indonesia (UII), Universitas Janabadra, Sekolah Tinggi Manajemen Informatika (STMIK) Akakom, Universitas Cokroaminoto, Universitas Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Yogyakarta, Universitas Lembaga Pendidikan Perkebunan (LPP), Stikes Stiyo, Universitas Tibeng, Universitas Amikom, Universitas Negri Yogyakarta dan Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (UST). Longmars dilakukan mulai dari parkiran Abu Bakar Ali (ABA) dan berakhir di gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Yogyakarta.
Pukul 14.00 Waktu Indonesia Barat (WIB) massa aksi mulai memasuki halaman kantor DPRD disambut oleh aparat Polisi.Tak berlangsung lama, Wakil Ketua DPRD sementara, yang ditemani oleh dua rekan anggotanya Eko dan Steve turun untuk gabung dalam massa aksi. “Kami merasa berbahagia dengan bangkitnya gerakan mahasiswa, kenapa? Karena berarti massa depan negara kita cerah. Ketika tidak ada keadilan kemudian mahasiswa tidak turun maka pertanda masa depan yang suram negara kita,” tegas Wakil Ketua DPRD.
Selain itu, Dekan UII juga turut berorasi dengan mengatakan bahwa sebagai orang terdidik dengan adanya aksi ini bertujuan untuk mendukung, dan memperjuangkan kepentingan rakyat serta untuk menyampaikan aspirasi melalui wakil rakyat. Ia juga sempat memimpin sholat Ghaib yang diikuti oleh sebagian massa aksi yang beragama Islam.
Massa aksi merasa kecewa karena salah seorang anggota DPR dari tiga yang menemui demonstran menghilang. “karena yang awalnya menemui kami kan tiga orang (anggota DPR:red), Cuma ketika sholat Ashar Pak Eko menghilang,” ungkap Muhamad Aswar Kepuntung selaku Koordinator Umum.
Aswar juga menjelaskan, sempat melakukan sweping oleh beberapa demonstran ke dalam gedung DPR guna mencari salah seorang DPR yang menghilang. Namun hanya ada beberapa ruangan kosong dan satu tempat tidur dalam ruang rapat.
Aswar menyatakan aksi ini memiliki tuntutan yang berbeda dengan aksi Gejayan Memanggil. “Dalam aksi damai ini kita berbeda tuntutan dengan aksi #Gejayan Memanggil, tapi isu yang kita angkat sama,” jelasnya.
FORUM BEM SE-DIY turun kejalan untuk menyampaikan beragam tuntutan yang menjadi keresahan Bersama Rakyat Indonesia. Adapun beberapa tuntutannya yaitu;
- Disahkan UU KPK dan Inkomitmen Negara Dalam Pemberantasan Korupsi
- Pembakaran Hutan dan Lambatnya Penanganan Pemerintah
- Demokrasi, Hak Rakyat Untuk Berpendapat, Penghormatan Perlindungan dan Pemenuhan Hak Asasi Manusia, dan Keterlibatan Masyarakat Dalam Proses Pengambilan Keputusan
- Pelaksanaan Reforma Agrarian dan Perlindungan Sumber Daya Alam Serta Tenaga Kerja Dari Ekonomi Eksploitatif
“Setelah aksi ini, kami akan melakukan tindakan advokasi juga kalo selanjutnya tidak mendapatkan kepastian. Kami akan melakukan aksi lebih besar lagi, dalam waktu nanti ditetapkan dalam dasar Rapat Pimpinan (Rapim).” Pungkas Aswar. [P]