“Pentingya kolaborasi antar generasi tanpa adanya faksi faksi yang melahirkan dualisme perpecahan antar generasi”
Pernah mendengar istilah Generasi Stroberi atau Strawberry Generation? Dalam buku yang ditulis oleh Prof. Rhenald Kasali istilah ini menggambarkan tentang realitas generasi saat ini. Generasi stroberi didefinisikan ibarat potret buah stroberi yang nampak secara tampilan eksotis namun begitu dipijak atau dibenturkan, buah itu akan begitu mudah untuk hancur.
Dalam perkembangan teknologi dan informasi saat ini kita mendapat kemudahan mengakses informasi, kemudahan melakukan transaksi jual beli melalui gudget, dan lain sebagainya. Hal ini merupakan anugerah yang begitu bermanfaat.
Berbicara terkait perkembangan generasi ke generasi pasti memiliki tantangan dan juga karakteristik yang berbeda. Menurut Prof. Rhenald Kasali, Strawberry Generation adalah generasi yang penuh dengan gagasan kreatif tetapi mudah menyerah dan gampang sakit hati. Definisi ini dapat kita lihat melalui taman sosial media kita hari ini. Begitu banyak gagasan- gagasan kreatif yang dilahirkan oleh anak-anak muda dan juga tidak kalah banyak cuitan resah penggambaran suasana hati yang dirasakan oleh anak muda.
Dalam hasil penelitian tentang perbedaan generasi yang ditulis oleh Yanuar Surya menjelaskan bahwa salah satu perbedaan karakteristik yang signifikan pada generasi Z dan beberapa generasi sebelumnya (baca: generasi millennial) adalah pada pengusaan teknologi.
Kita dapat melihat itu dari contoh berikut: Bila ada satu buah ponsel yang baru dibeli dan ponsel tersebut diberikan kepada 2 orang yakni anak berusia 13 tahun dan orang tua berusia 40 tahun, maka seorang anak akan langsung menggunakannya, membuka menu apapun, mencari dan menelusur berbagai bagian yang dianggapnya menarik dan bahkan tanpa membaca buku panduan penggunaannya. Ia tidak merasa khawatir akan terjadi kesalahan atau lain sebagainya. Tetapi bila orang tua diberikan ponsel pasti ia akan bertanya kepada Anaknya sebelum ponsel itu dioperasikan, membaca buku panduan penggunaan, bertanya apa kegunaan pada setiap bagian menu dalam ponsel baru yang ia gunakan.
Perbedaannya ada pada seorang anak yang lebih inisiatif mencoba dan cepat paham terhadap menu menu yang tersedia pada ponsel baru yang ia gunakan dan bahkan tanpa membaca buku
panduan. Bahkan ada seorang anak yang bisa paham secara menyeluruh berbagai menu dalam ponsel yang ia gunakan, padahal anak tersebut belum tahu membaca huruf alfabet.
Contoh diatas adalah perbedaan secara karakteristik yang ada disekitar kita. Bagi anak yang saat ini berusia 13 tahun (Termaksud generasi Z), teknologi dan informasi adalah hal yang sudah menjadi bagian dari kehidupan mereka, karena mereka lahir dimana akses terhadap internet sudah menjadi pembudayaan.
Namun, Apakah generasi saat ini (baca: generasi z) dapat bisa bertahan?
Kita biasa mendengar kalimat bahwa setiap titik garis perjuangan Indonesia dimasa lalu tak pernah lepas dari kolaborasi anak muda dengan semangatnya serta orang dewasa dengan pengalamannya. Kita dapat bisa memetik satu pesan dari perjalanan Budi Utomo yang juga merupakan salah satu organisasi pemuda. Perjalanan Budi Utomo memberikan kita pelajaran tentang pentingnya kolaborasi antar generasi. Perjalanan generasi hari ini juga banyak berkaca dari generasi sebelumnya, namun generasi hari ini punyai perbedaan dalam hal mengekspresikan apa yang ia ingin sampaikan.
Dengan fasihnya generasi hari ini menggunakan teknologi dan masifnya kolaborasi antar generasi, bukan tidak mungkin anak muda dapat bisa melahirkan inovasi-inovasi kreatif sebagai bagian dalam pengabdiannya kepada masyarakat.
Maka, begitu pentingya kolaborasi antar generasi tanpa adanya faksi-faksi yang melahirkan dualisme perpecahan antar generasi.
Apakah anak muda bermental Strawberry dapat bisa menjawab tantangan zaman ?
Begitu banyak suara-suara sumbang yang dengan mudah meremehkan generasi yang mempunyai karakter ibarat buah Strawberry yang mudah hancur ketika dibenturkan. Setiap generasi punya cara tersendiri untuk berekspresi baik dalam hal berkarya dan memilih karir hidup kedepannya. Generasi hari ini tumbuh dengan kemudahan instan yang ditawarkan oleh teknologi. Hal itu juga menjadikan generasi hari ini punyai cara berbeda dalam memilih dan menunjukkan bakatnya untuk melahirkan hal-hal bermanfaat untuk Negeri (baca: Indonesia). Beberapa tampilan sosial media dapat kita hidupkan kembali dengan konten (baca: penyampaian pesan media elektronik) bermanfaat.
Generasi hari ini dipandang sebagai generasi rebahan, namun dengan kemajuan teknologi kita dapat berkontribusi dan bahkan memantik perubahan.
Teman-teman muda yang hobinya bermain Tiktok dapat bisa menyalurkan bakatnya dalam hal marketing produk. Gagasan kreatif anak muda hari ini dapat bisa menggeser promotional trends yang sebelumnya menggunakan poster. Teman teman yang passion-nya berorganisasi dapat bisa membuat kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan, terlebih dalam masa pandemi saat ini. Beragam kontribusi yang dapat dilakukan anak muda untuk negeri, sesuai dengan passion yang disukai, pemuda akan dengan giat berinovasi dan berkarya.
Menumbuhkan mental Strawberry menjadi mental Tangguh
Dalam salah satu jurnal yang mendeskripsikan tentang buah Stroberi, dijelaskan bahwa buah satu ini adalah buah semu yang berarti bukan buah yang sebenarnya. Begitu juga pada generasi hari ini, mental strawberry adalah mental semu yang bukan sebenarnya dimiliki oleh generasi kita (Baca: generasi Z). Kita adalah generasi Tangguh, generasi yang berjalan pada poros optimisme masa depan yang lebih baik.
Kita percaya bahwa saat ini prestasi akademik tidak sepenuhnya menjamin masa depan. Disiplin ilmu yang kita pelajari melalui ruang kelas belum tentu dibutuhkan lagi dimasa depan, termaksud apa yang kita pahami hari ini belum tentu dapat bisa relevan dengan permasalahan dimasa depan.
Anies Baswedan dalam satu sambutannya pernah mengatakan, anak muda hari ini tidak perlu lagi diberi pertanyaan akan menjadi apa dimasa depan, tetapi anak muda hari harusnya diberi pertanyaan akan membuat apa dimasa depan. Anak muda hari ini sebenarnya sudah memiliki segalanya yaitu kreatifitas, inovasi dan sikap adaptif.
Sikap adaptif, mampu beradaptasi dalam segala bentuk perubahan. Dimana kemajuan zaman tidak dapat kita bendung. Dengan sikap adaptif kita akan mencoba belajar kembali hal – hal baru diluar apa yang sebelumnya kita sudah pahami.
Inovatif dan kreatif, mampu memanfaatkan keterbatasan menjadi peluang yang menciptakan kebermanfaatan. Anak muda tidak perlu diragukan lagi akan hal ini. Kemajuan teknologi dan informasi membuat anak muda lebih punya banyak referensi untuk berkarya. Beragam inovasi yang dilahirkan dengan memanfaatkan media sosial sudah lebih awal di banjiri oleh tangan-tangan pemuda. Namun memang hal ini perlu di optimalkan kembali dengan kemampuan literasi digital yang baik, agar berbagai informasi yang dibuat dapat lebih bisa menjaring permasalahan dan mampu memberikan kebermanfaatan.
Kita paham bahwa tantangan kedepan akan makin kompleks dan juga berat, namun optimisme kita takkan mampu memutuskan niat ini untuk berjalan kedepan. Insyaallah anak muda pasti bisa.
Kontributor: Neldi Darmian L, Penggagas Lapak Buku Bahangka Kreatif
Editor: Zukhruf Kalyana Mukti