Rezim otoriter adalah bentuk organisasi sosial yang ditandai oleh penyerahan kekuasaan, selain itu rezim ini kontras dengan individualisme dan demokrasi. Mengenai hal tersebut bahwasannya dalam politik, suatu pemerintahan otoriter adalah satu di mana kekuasaan politik terkonsentrasi pada suatu pemimpin. Kemudian berlanjut pada otoritarianisme, yang mana dalam hal ini biasa disebut juga sebagai paham politik otoriter, yaitu bentuk pemerintahan yang bercirikan penekanan kekuasaan hanya pada negara atau pribadi tertentu tanpa melihat derajat kebebasan individu.
Selanjutnya dalam lingkup akademis, berbicara mengenai pemahaman dan wawasan pengetahuan dan teknologi itu sangat penting. Namun hal tersebut berbeda jika kita sudah terjun secara langsung di masyarakat. Ilmu yang kita dapatkan selama menjadi mahasiswa di kampus maupun menjadi pelajar di sekolah seringnya tidak relevan, sebab ada ketimpangan antara teori dan penerapannya dalam kehidupan bermasyarakat. Hal itu terjadi sebab di bangku seperti sekolah hingga jenjang perkuliahan merupakan ilmu yang di tunggangi oleh elit-elit politik dengan dasar ajaran-ajaran yang belum pasti digunakan di kehidupan sehari-hari.
Merujuk hal tersebut tidak terlepas dengan adanya pendidikan karakter yang tidak banyak diterapkan di sekolah-sekolah formal, hal itu menjadi sebagian dari sebab bertahannya otoriter di kalangan masyarakat, kemudian membuatnya bergerak menjadi tidak terkontrol dan kemudian mengarah pada ranah pemikiran yang bebas tanpa adanya moralitas yang jelas dalam menyelesaikan permasalahan yang mengedepankan kehormatan, ataupun baik dan buruknya serta norma-norma perilaku generasi penerus di dalam kehidupan sehari-hari. Karakter tersebut seharusnya sudah diterapkan dari awal para pembelajar memasuki bangku pendidikan formal namun kenyataannya adalah tidak.
Ditinjau dari kultur wilayah yang ada di Indonesia, bisa dikatakan bahwa kultur yang ada di Indonesia berbeda-beda dari lingkup budaya, bahasa dan sosial. Oleh karena itu pemikiran di suatu lingkungan masyarakat setiap wilayah juga bisa dikatakan sangat berbeda. Sebagai negara yang cukup mempunyai sumber daya manusia dan tokoh-tokoh pemimpin di setiap daerahnya, masih banyak budaya otoriter yang menguasai suatu Lembaga atau Organisasi yang bersifat penting untuk masyarakat.
Penyebab maraknya budaya otoriter ini sebab banyak orang percaya dan menganggap hal tersebut hanya sepele dan tidak dihiraukan sama sekali oleh banyak masyarakat. Sebagai contoh adalah pandemi, semakin hari semakin tidak ada kejelasan arahnya, mau di selesaikan bagaimana dan kemana, karena hanya sekadar berhenti pada pemeriksaan dan atau peninjauan saja dan tidak membuahkan hasil yang benar-benar relevan dan solutif di kalangan masyarakat menengah kebawah. Kemudian jika sudah menyasar pada keluarga yang kurang secara ekonomi dan atau finansial maka akan diberikan segala alasan dengan menyerang agar supaya selalu memenuhi protokal kesehatan, selanjutnya hal itu dibuat seakan menjadi konsep kapitalis di kalangan pebisnis kesehatan.
Lalu dalam konteks pembicaraan yang sedang berlangsung, bahwasannya setiap individu itu sangat berbeda, tidak bisa disamakan satu dengan yang lain, karena banyak yang mengutarakan usulan dan merasakan itu adalah suatu hal yang pro dan atau kontra dalam memberikan solusi atau memberikan masukan selama diskusi. Lainnya, hal itu juga serupa dalam penyampaian pendapat, yang mana itu juga berbeda-beda. Selain itu lingkungan juga memengaruhi pemikiran setiap individu, termasuk pemberian pendapat yang diutarakan oleh setiap individu di forum masyarakat. Mengenai pendapat, pada setiap masyarakat sangatlah berbeda-beda karena pemikiran setiap individu di masyarakat itu sangatlah jauh jika dibandingkan dengan pemikiran akademis yang kebanyakan di dominasi oleh pelajar maupun mahasiswa.
Masyarakat memiliki kebutuhan untuk lebih mementingkan lapangan dan seorang pelajar maupun mahasiswa lebih mengedepankan teori, namun sebab kebutuhan masyarakat tersebut yang mana tidak membutuhkan teori-teori seperti masyarakat tersebut akan menjadi ilmuan yang terkenal di dunia, maka masyarakat lebih mementingkan bagimana caranya dari sebuah forum pembicaraan akan membuahkan hasil yang nyata dan berpengaruh besar pada kehidupan bermasyarakat. Kemudian, tidak menutup kemungkinan sebab mempunyai rasa excited untuk mengutarakan pendapat, seorang pelajar atau mahasiswa ketika pulang kampung dan memiliki rencana untuk memajukan kampungnya dari ilmu yang sudah didapatkan ketika belajar di kota lain bisa menjadi gagal. Hal tersebut terjadi sebab tidak semudah yang dipikirkan ketika akan membangun pemikiran idealis versi pelajar dan diterapkan pada masyarakat yang ada di perkampungan sendiri. Karenanya, hal itu membutuhkan semacam teori toleransi dari pemikiran kita yang sudah disuapi oleh teori-teori yang ada di lingkungan pelajar maupun mahasiswa.
Jadi, jika semisal tidak ada persiapan salah satu dari kita untuk terjun langsung ke masyarakat, bukan tidak mungkin nantinya hal tersebut akan menjadi kebencian moral dan bisa menjadi sasaran bahwa kita membawa masalah baru di lingkungan masyarakat.
Penulis: Mohamad Dedy S
Editor: Lailatul Nur Aini