Plastik merupakan salah satu benda yang sangat dibutuhkan dalam memudahkan aktivitas kehidupan kita sehari-hari. Bagaimana tidak, dalam kehidupan saat ini, hampir selalu ada plastik di setiap tempat yang kita jumpai dan tiap kegiatan yang kita lakukan. Seperti penggunaan kemasan plastik sebagai wadah makanan dan minuman yang kita beli, plastik juga sebagai wadah untuk membawa barang belanjaan. Kebutuhan seperti popok dan pembalut juga menggunakan plastik dalam pembuatannya. Bahkan, kemasan produk yang dijual di pasaran hampir semuanya menggunakan plastik. Berkat penggunakan plastik, kita jadi tidak perlu kerepotan dalam beraktivitas. Plastik menjadi barang yang tidak terpisahkan dalam kehidupan manusia, hampir semua kebutuhan manusia menggunakan plastik.
Namun, tidak hanya sisi positif dari penggunaan plastik yang kita dapatkan. Penggunaan berlebih terhadap plastik juga memiliki banyak dampak buruk bagi kita. Jika dibiarkan terus-menerus tentunya akan menjadi masalah yang besar bagi kehidupan. Seperti mengakibatkan lonjakan jumlah sampah plastik yang besar. Apalagi, plastik merupakan benda yang sulit terurai. Plastik diperkirakan membutuhkan waktu sekitar 100 hingga 500 tahun hingga dapat terurai dengan sempurna. Sampah plastik yang sulit terurai akan mengakibatkan banyak masalah lingkungan, baik masalah pada daratan maupun lautan. Masalah yang terjadi di daratan, yaitu seperti tercemarnya tanah, air tanah dan makhluk bawah tanah. Kantong plastik akan mengganggu jalur air yang teresap ke dalam tanah akan berdampak buruk karena dapat mengakibatkan bencana banjir yang akan sangat merugikan manusia dan lingkungan. Plastik juga dapat menurunkan kesuburan tanah bagi tanaman dan juga dapat menjadi racun dan membunuh hewan pengurai bawah tanah seperti cacing.
Pada lingkungan laut, pencemaran sampah plastik adalah salah satu jenis pencemaran yang merugikan lingkungan laut. Masalah yang disebabkan sampah plastik di laut yaitu pencemaran air dan akan sangat membahayakan bagi hewan-hewan di laut. Mungkin selama ini kita sering mendengar berita tentang hewan-hewan di laut banyak yang hidupnya terganggu akibat sampah plastik. Seperti kura-kura yang berdarah karena plastik sedotan masuk ke hidungnya. Masalah lain yaitu berkurangnya populasi fitoplankton karena polusi mikroplastik pada air, padahal fitoplankton adalah sumber penghasil oksigen terbesar di dunia. Hal tersebut merupakan beberapa masalah yang diakibatkan oleh plastik dan masih banyak lagi dampak negatif lainnya.
Mengutip dari chinadialogueocean.com bahwa PBB telah menyebut polusi plastik laut sebagai “a slow-motion catastrophe” atau bencana gerak lambat. Rank negara penyumbang sampah plastik berdasarkan science.org pada data plastic waste inputs from land into the ocean di posisi ke empat ada negara Vietnam dengan 0.28-0.73 MMT/tahun, di posisi ke tiga Filipina dengan 0.28-0.75 MMT/tahun, di posisi ke dua Indonesia dengan 0.48-1.29 MMT/tahun, dan di posisi pertama Cina dengan 1.32-3.53 MMT/tahun. Sebagai warga negara Indonesia hal ini sangat disayangkan bahwa Indonesia menempati posisi ke dua penyumbang sampah plastik terbesar di dunia setelah Cina. Ada sekitar delapan juta ton plastik dibuang ke laut setiap tahunnya. Berdasarkan perkiraan dari lembaga ilmu pengetahuan Indonesia, Indonesia meyumbang lebih dari 600.000 ton atasnya, artinya setiap hari ada sekitar 2.000 ton sampah plastik yang dihasilkan oleh Indonesia. Parahnya 40% dari sampah plastik ini adalah plastik sekali pakai.
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, sampah plastik adalah jenis sampah yang sulit terurai, butuh waktu sekitar seratus hingga lima ratus tahun untuk mengurai sampah plastik. Ini berarti sampah plastik yang ada pada seratus tahun lalu masih ada hingga sekarang dan masih akan ada hingga ratusan tahun ke depan. Masih ada ketika anak hingga cucu kita, bahkan anak dari cucu kita lahir kelak. Jelas, kita membutuhkan solusi atas masalah plastik ini.
Kita dapat ikut berkontribusi dalam membantu mengubah masalah plastik ini. Sebagaimana yang tertuang dalam Perpres No.97/2017, bahwa Indonesia berkomitmen untuk mulai mengurangi sampah plastik hingga 30% dan mengelola sampah dengan baik dengan 70% dari total timbulan sampah pada tahun 2025. Caranya yaitu melakukan start small dengan reduce, reuse, recycle. Reduce berarti mengurangi sampah, yaitu mengurangi penggunaan produk yang nantinya berpotensi menjadi sampah. Penerapan tahap reduce contohnya seperti membawa botol minum dan alat makan sendiri, hal ini dapat mengurangi alat makan yang sekali pakai. Langkah lain dari reduce adalah menggunakan kantong belanja yang dapat dipakai berulang-ulang untuk mengurangi sampah plastik. Langkah ini didukung oleh pemerintah, terlihat pada supermarket di beberapa kota sudah menerapkan langkah bebas plastik. Contohnya di DKI dalam Pergub DKI Nomor 142 Tahun 2019 tentang kewajiban penggunaan kantong belanja ramah lingkungan di pusat perbelanjaan, swalayan dan pasar rakyat. Tahap yang kedua adalah reuse yang berarti menggunakan kembali. Tahap ini mengajak untuk menggunakan kembali produk yang sudah terpakai. Dengan penggunaan kembali maka sampah yang dihasilkan pun akan berkurang. Contoh penerapan langkah reuse ini adalah penggunaan kaleng biskuit apabila sudah digunakan dapat digunakan kembali sebagai tempat penyimpanan lainnya, menjadikan botol bekas sebagai tempat sabun cuci piring, menggunakan botol sabun mandi atau sampo dan mengisinya kembali dengan membeli produk isi ulang, dan kita juga dapat mencuci plastik yang sudah digunakan agar dapat dipakai kembali. Tahap terakhir atau tahap ketiga, yaitu recycle yang berarti mendaur ulang. Produk bekas atau daur ulang sebenarnya lebih fleksibel, bahkan kerap memiliki nilai ekonomis. Pemanfaatan sampah yang tidak terpakai hingga memiliki nilai tanpa mencemari lingkungan mampu mengurangi penyebaran plastik secara drastis. Hal ini biasanya dibutuhkan kontribusi dari perusahaan besar untuk mendaur ulang kembali kemasan produk mereka.
Masih ada harapan untuk menyelamatkan bumi dari kerusakan lingkungan yang lebih besar, tapi harapan hanya akan menjadi kenangan jika tidak ada aksi nyata. Mari ambil peran kita masing-masing dalam menjaga lingkungan sekarang dengan gerakan reduce, reuse, recycle. Act now before it’s too late!
Daftar Pustaka
DLH, Admin. 2019. “Dampak Plastik Terhadap Lingkungan”. Diakses pada 13 Februari 2021 pukul 13.00, dari https://dlh.bulelengkab.go.id/informasi/detail/artikel/dampak-plastik-terhadap-lingkungan-31#:~:text=Sampah%20kantong%20plastik%20dapat%20mencemari,air%2C%20laut%2C%20bahkan%20udara.&text=Tercemarnya%20tanah%2C%20air%20tanah%20dan,di%20dalam%20tanah%20seperti%20cacing
Shahab, Nabiha. 2021. “Indonesia is facing a plastic waste emergency”. Diakses pada 13 Februari 2021 pukul 15.00, dari https://chinadialogueocean.net/17615-indonesias-plastic-waste-emergency/
Commitments, M. “Marine Pollution”. Diakses pada 13 Februari 2021 pukul 17.00, dari https://kkp.go.id/an-component/media/upload-gambar-pendukung/kkp/DATA%20KKP/Dokumen%20Komitmen%20OOC%202018/Marpol_Commitments_web_rev.pdf,
JDIH BPK RI. 2017. “Kebijakan dan Strategi Nasional Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga”. Diakses pada 13 Februari 2021 pukul 18.00, dari https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/73225/perpres-no-97-tahun-2017
Jambeck, J. R., Geyer, Roland, dkk. 2015. “Plastic waste inputs from land into the ocean“. Diakses pada 13 September 2021, dari https://science.sciencemag.org
Penulis : Nacida Yahya
Editor : Zukhruf Kalyana Mukti