“Untuk beraktivitas di kampus, kita sangat terganggu dan misalkan kita tahu di parkiran ini penuh, otomatis di kampus ini juga pasti penuh. Dengan kapasitas fakultas kita yang minim dengan jumlah mahasiswa yang datang juga banyak dan parkirannya penuh, otomatis untuk beraktivitas di sini pun juga sangat gak nyaman.” Pungkas Hendra.
Beberapa tukang parkir sibuk merapikan tata letak motor ketika di belakangnya berbaris delapan bahkan lebih pemotor. Sesekali menyeka keringat di dahi, mereka terlihat kewalahan mengatur barisan motor yang jumlahnya semakin lama semakin membeludak.
Pemandangan tersebut lumrah tatkala memasuki tahun ajaran baru. Namun, tak seperti tahun-tahun sebelumnya, jumlah motor yang terparkir di halaman parkir Fakultas Ekonomi (FE) Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (UST) naik signifikan. Tahun ini, UST menerima sekitar 2.170 jumlah mahasiswa dengan kurang lebih sekitar 600 di antaranya tercatat sebagai mahasiswa baru di FE.
Hal ini dikeluhkan Fadya Meiga Arfiana (13/9). Ia adalah seorang mahasiswa angkatan 2019 Program Studi Manajemen. Melalui PENDAPA, ia sedikit bercerita mengenai sesaknya parkiran di FE UST.
“Kan saya rumahnya dekat, jadi kadang kalau berangkat agak mepet, itu nanti kalau sampai kelas, jadi kayak agak telat gitu. Dosen sudah di situ. Ya memang agak kurang lebar sih parkirannya kalau untuk menampung beberapa anak FE.” Ucap Fadya.
Awalnya Fadya menyangka bahwa di FE terdapat lahan parkir sendiri, dan lahan parkir yang kini penuh, ia kira dikhususkan sebagai taman atau pepohonan. Selain itu, aktivitas Fadya di kampus juga terganggu karena akses motornya kurang leluasa. Untuk masuk ke area parkir, ia harus menunggu mahasiswa yang ingin ke luar area. Hal ini yang kemudian menjadi faktor menyebabkan kemacetan.
Permasalahan tersebut juga dirasakan oleh mahasiswa FE yang lain. Ditemui di Galeri Kelompok Studi Pasar Modal FE (13/9), Hendra Nur Rahman, dari Prodi Manajemen, Semester 7, mulai melihat penuhnya parkiran semenjak angkatan tahun 2018. Ia mengisahkan bahwa pada waktu dirinya menjadi mahasiswa baru di tahun 2016, parkiran belum terlalu membeludak dikarenakan jumlah kakak tingkat (kating) waktu itu masih sedikit.
Sama seperti Fadya, Hendra juga mengeluhkan sulitnya beraktivitas di lingkungan kampus dengan keadaan parkiran yang sekarang.
“Untuk beraktivitas di kampus, kita sangat terganggu dan misalkan kita tahu di parkiran ini penuh, otomatis di kampus ini juga pasti penuh. Dengan kapasitas fakultas kita yang minim dengan jumlah mahasiswa yang datang juga banyak dan parkirannya penuh, otomatis untuk beraktivitas di sini pun juga sangat gak nyaman.” Pungkas Hendra.
Beralih ke pihak yang paling menerima imbas dari penuhnya parkiran, PENDAPA menemui Sumadi (16/9) di sela-sela waktu istirahatnya, ia adalah Tukang Parkir di FE UST.
“Setiap hari penuh, gak ada slow-nya. Lebih-lebih kalau hari Senin, Jumat. Yang full-full terus.” Ungkap Sumadi.
Sumadi juga merasakan lelah dan keteteran dalam mengelola area parkir. Di FE, personil tukang parkir hanya berjumlah 4 orang. 3 di antaranya shift pagi, sedangkan shift sore, 1 orang. Dengan penuhnya area parkir, tentu sangat berimbas pada tenaga mereka.

Respon Lembaga Mahasiswa di Fakultas Ekonomi
PENDAPA menemui Ketua Majelis Mahasiswa Fakultas Ekonomi (MMFE), Mariano Firmansyah (15/9), ia mengaku sudah pernah melakukan audiensi bersama fakultas, guna membahas area parkir. Karena menurutnya, kasus parkiran penuh di FE bukan lagi masalah baru. Ini adalah masalah dari tahun ke tahun. Audiensi itu, ia sudah lakukan sebanyak dua kali.
Dalam audiensi tersebut, ia mengatakan bahwa pihak MMFE sudah memberikan tawaran solusi kepada pihak fakultas.
“Sengaja kita audiensi sebelum penerimaan mahasiswa baru supaya sengaja kami meminta, kita batasi kuota penerimaan mahasiswa FE tahun 2019 ini. Itu yang kita harapkan waktu itu.” Ucap Mario.
Namun, dengan membeludaknya jumlah penerimaan mahasiswa baru di Fakultas ekonomi, itu artinya, permohonan MMFE untuk pembatasan kuota jumlah penerimaan, tidak diindahkan oleh pihak kampus.
Ke depan, Mariano, sudah merencanakan sebuah forum bersama dengan lembaga-lembaga di tingkat FE.
“Teman-teman sekarang lagi ada konsolidasi untuk advokasi IMPS, silakan diskusi dulu di tingkat IMPS supaya lahirkan solusi, begitupun di advokasi MMF. Nantinya mereka ini akan dikumpulkan dalam satu forum supaya sepemahaman dan kita lakukan lagi sekali audiensi.” Pungkas Mario.
Respon Birokrasi Kampus
“Itu bukan ranahnya kami ya.” Ucap Ki Suyanto (16/9), Dekan Fakultas Ekonomi, ketika kami singgung mengenai masalah area parkir. Ia menjelaskan bahwa pihak fakultas hanya bertugas mengurusi akademik, sedangkan hal-hal yang berupa fisik adalah kewenangan Universitas.
“Kewenangan menata gedung, macem-macem itu bukan dari kami, tapi dari Universitas. Jadi kalau mau konfirmasi, monggo jenengan, nemui ke sana, bukan ke kami.” Lanjutnya. Namun bukan berarti pihak fakultas cuci tangan, ia menambahkan, bila terjadi masalah, fakultas akan menyampaikan ke pihak Universitas.
“Tapi ketika ada apa-apa, pasti akan melaporkan ke Universitas.” Pungkas Ki Suyanto.
Tim PENDAPA kemudian ke Rektorat guna mewawancarai Nyi Trisharsiwi (17/9), Wakil Rektor II, bidang Keuangan dan Umum. Ia memaparkan beberapa solusi yang akan ditempuh oleh pihak Universitas.
“Yang pertama, nanti pintu keluar dan masuk tidak jadi satu. Jadi masuk dari sisi selatan pinggir jalan, keluarnya nanti sisi utara.”Namun karena sisi utara bersinggungan dengan jalan kampung, maka pihak Universitas masih dalam proses bernegosiasi dengan warga, RT & RW,” Tuturnya.
Selanjutnya ia juga mencoba alternatif lain seperti mencari lahan tambahan, karena tentu, menurutnya, jika membangun akan membutuhkan waktu. Namun, lagi-lagi, solusi ini menemui kesulitan.
“Kalau solusi belum ada, karena sudah kami minta sewa di sebelah timurnya yang untuk futsal dan bongkar barang-barang, ternyata tidak boleh. Kemudian ada hotel kan, saya minta pinjam untuk area parkir, tidak boleh.”
Nyi Trisharsiwi juga mengungkapkan terkait rencana pemindahan ruang kuliah. Rencana ini mulai dijalankan pada bulan Oktober 2019. Ruangan yang akan menjadi sasaran untuk pemindahan tersebut adalah Unit 2 Fakultas Ekonomi. Nantinya, dua ruang kelas akan dipindahkan ke kampus pusat. Bila masih dirasa kurang, Ruang Nyi Hadjar tidak boleh digunakan untuk kuliah. Kuliah yang menggunakan ruang tersebut akan dipindahkan ke ruang Ki Hadjar yang letaknya di lantai 3, kampus pusat UST.
Untuk jangka panjang, pihak Universitas mengaku sudah mempunyai rencana.
“Untuk jangka panjang, Februari kan sudah masuk kuliah, Insya Allah gedung baru sana (Batikan:red) sudah jadi, dan rektorat sudah pindah ke sana. Fakultas Ekonomi pindah sini (Pusat:red). Fakultas Psikologi pindah sini. Area parkirnya sudah luas. Jadi itu solusi yang kami rencanakan.” Lanjutnya.
Jadi mulai Oktober, pihak universitas sudah memindahkan kegiatan kuliah ke kampus pusat, mau tidak mau dosen harus bersedia. Ia mencontohkan bagaimana PGSD yang kampusnya berada di Jalan Batikan, juga berkuliah di Gedung Pascasarjana.
“Artinya, tidak masalah, kan ini sama-sama UST gitu lho. Jadi dari sana (FE:red) crowded, nanti dua kelas atau tiga kelas yang di atas kita pindah di sini (Pusat:red). Maka ruang di sana agak longgar. Mahasiswanya kuliah di sini, Insya Allah tingkat crowded-nya sudah bisa diatasi.” Pungkasnya.
Reporter: Ade Tegar Irsandy, Tony Saut Parulian S.
Editor: Handrianus P. Puor