
“Kenapa saya tiga periode? Dikira anak-anak saya masih ambisi. Saya sudah menyampaikan kepada senat, silakan mencari pengganti. Tetapi karena suatu hal, yang menurut mereka pengganti yang lebih baik dari saya itu belum ada. Kenapa kok belum ada ini? Karena ada kesenjangan. Seangkatan saya sudah pada pensiun, tinggal yang muda-muda,” ujar Pardimin selaku rektor baru.
Yogyakarta 04/04/2019– Pelantikan rektor Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (UST) Yogyakarta periode 2019-2023 menjadi sorotan di kalangan mahasiswa UST. Mahasiswa UST belum banyak mengetahui proses pemilihan dan siapa saja bakal calon rektor baru UST. Pernyataan ini disampaikan oleh beberapa mahasiswa, salah satunya Sugeng Triono. “Jujur saya tidak tau jika di kampus ada pelantikan rektor baru” ujarnya.
Widodo Budi selaku wakil rektor 3 UST mengungkapkan perihal kriteria calon yang memiliki potensi menjadi rektor. Akan tetapi keputusan akhirnya memilih Pardimin untuk kembali menduduki kursi rektor UST melalui proses penetapan. Beberapa alasan penetapan rektor baru ini tidak terlepas dari dukungan dari petinggi-petinggi kampus. “Sebetulnya ada beberapa calon tapi civitas UST mendukung Pardimin ditetapkan kembali menjadi rektor berdasarkan kinerja yang bersangkutan. Kemajuan UST sangat luar biasa dari tahun 2011-2019,” Widodo Budi.
Pelantikan rektor mendapat dukungan baik dari semua pihak civitas akademika, termasuk juga yayasan. “Ada surat dukungan kalau mau lihat di yayasan ada. Kalau mahasiswa memang nggak ada tapi saya kumpulkan mereka. Mahasiswa sedikit mempertanyakan ‘kenapa tiba-tiba ada undangan pelantikan?’ dan mahasiswa diundang dalam pelantikan tersebut,” ungkap Widodo.
Ketidakterlibatan mahasiswa dalam memilih rektor, mendapat respon langsung oleh warek 3. Dalam Statuta 2018 pasal 113 dikatakan bahwa mahasiswa sebagai bagian dari civitas akademika memiliki hak dan kewajiban. Hak itu meliputi pelayanan akademik yakni pembelajaran dan non-akademik yakni minat bakat serta kesehatan, akan tetapi tidak ada hak berperan dalam pemilihan rektor. “Hak mahasiswa memperoleh pelayanan akademik, pembelajaran, lalu non-akademik seperti minat bakat, kesehatan, tetapi tidak ada hak berperan di sana. Tidak ada kewajiban dalam ikut serta penetapan rektor. Tetapi setelah mereka saya panggil untuk bertemu, mereka sudah bisa menerima,” jelasnya.
Beberapa organisasi internal dan kelompok yang terlibat hadir dalam pelantikan rektor baru UST periode 2019-2023 di antaranya, rektor UAD, Kepala Dinas Kota Yogyakarta, Kapolda DIY, Kodim Kecamatan Umbulharjo, Camat Umbulharjo, Mitra UST, Majelis Luhur Tamansiswa, MMU, MMF, dan beberapa penjabat di lingkungan UST.
Widodo Budi memaparkan beberapa fakta yang menjadi alasan Pardimin kembali terpilih sebagai rektor. Adanya berbagai peningkatan masa kinerja periode sebelumnya. Hal-hal itu meliputi, pertama ia mengatakan jumlah mahasiswa aktif pada 2019 mencapai 12.000 mahasiswa. Kedua pembangunan invrastruktur mulai dari Fakultas Pertanian, Laboratorium Terpadu, Fakultas Teknik, Masjid Al Amin, Gor ASMADEWA, rehab Perpustakaan, dan juga rehab ASMADEWA,” ujarnya.
Selain itu Widodo Budi juga menambahkan bahwa akreditasi dari 2011 sampai saat ini mengalami kenaikan, walaupun universitas belum memeroleh akreditasi A. Dirinya mengatakan masih lemahnya Sumber Daya Manusia di UST sembagai kendala. “Ada 7 prodi yang mengalami kenaikan dari akreditasi B menjadi A. Sekarang ada kenaikan meskipun universitas belum memeroleh A. Karena menurut penilaian dari asesor BNPT SDM UST masih lemah, jumlah doktor masih kurang, jumlah dosen yang berjabatan lektor kepala masih kurang, dari segi mahasiswa rata-rata kelulusanya masih tinggi S1 4,6, S2 2,6 itu tidak bisa direkayasa karena itu ada di PDDIKTI,” ujar Widodo Budi.
Pardimin yang terpilih sebagai Rektor UST periode 2019-2023 mengatakan bahwa dirinya tidak berniat menjabat lagi sebagai rektor. Karena adanya alasan tertentu ia harus kembali menjabat sebagai rektor. “Kenapa saya tiga periode? Dikira anak-anak saya masih ambisi. Saya sudah menyampaikan kepada senat, silakan mencari pengganti. Tetapi karena suatu hal, yang menurut mereka pengganti yang lebih baik dari saya itu belum ada. Kenapa kok belum ada ini? Karena ada kesenjangan. Seangkatan saya sudah pada pensiun, tinggal yang muda-muda,” ujar Pardimin.
Pardimin menjelaskan adanya kekosongan regenerasi sejak sebelum ia memimpin UST. Ia mengatakan adanya penambahan dosen UST dimulai sejak dirinya menjabat sebagai rektor. Sebelum itu ia berkata tidak ada penambahan dosen selama lebih dari 20 tahun yang membuat kontinuitas regenerasi tidak baik. “Baru kali ini ada penambahan dosen. Sebelum tahun itu kosong sehingga regenerasi tidak berjalan dengan baik” ungkapnya.
Dalam memimpin UST untuk ketiga kalinya, Pardimin optimis membawa UST yang lebih maju baik dalam hal perbaikan dan pengembangan kualitas dan kuantitas kampus. “Kedepannya masih banyak yang harus dikerjakan. Dulu saat saya menjadi rektor, awal merubah semua lini meskipun semuanya masih serba lemah. Masih banyak perbaikan yang harus di lakukan khususnya di bidang pembangunan,” pungkasnya.[P]