Kebakaran Hutan Way Kambas, 350 Hektare Lahan Hangus

Kebakaran Hutan Way Kambas, 350 Hektare Lahan Hangus

Lpmpendapa.com - Pada Selasa, 15 Oktober, kebakaran besar melanda Taman Nasional Way Kambas (TNWK) di Lampung Timur, dan menghanguskan sekitar 350 hektare lahan hutan. Kebakaran yang terjadi sejak pagi hari baru bisa dipadamkan pada dini hari, Rabu, 16 Oktober. Ini bukan hanya cerita tentang api yang melalap hutan, tapi juga tentang perjuangan para petugas yang harus menghadapi medan yang sulit untuk menyelamatkan kawasan konservasi tersebut. Salah satu korban yang ditemukan dalam insiden ini adalah seekor trenggiling yang malang, terbakar di tengah bencana yang melanda habitatnya.

Proses pemadaman sendiri bukanlah hal mudah. Kombes Pol Umi Fadillah Astutik, Kabid Humas Polda Lampung, mengungkapkan bahwa salah satu tantangan terbesar dalam upaya pemadaman adalah medan yang sulit dijangkau oleh kendaraan pemadam kebakaran.

"Kendaraan pemadam tidak bisa mencapai titik api, jadi petugas harus menggunakan sepeda motor dan berjalan kaki," katanya.

Dalam benak saya, membayangkan petugas berjalan kaki di tengah kondisi hutan yang terbakar dengan segala bahaya yang menyertainya, benar-benar menggugah rasa hormat. Ada sekitar 20 petugas yang dikerahkan, baik dari TNWK maupun kepolisian setempat. Mereka berjibaku dengan api, mencoba menghentikan amukan alam yang mengancam ratusan hektare lahan.

Yang lebih memilukan adalah ketika Humas TNWK, Sukatmoko, mengonfirmasi temuan seekor trenggiling yang hangus terbakar di lokasi kebakaran. Trenggiling—spesies yang sudah terancam punah dan sangat dilindungi—tidak dapat melarikan diri dari api yang begitu cepat menyebar. Ini mengingatkan kita betapa rentannya satwa liar terhadap bencana semacam ini. Alam punya caranya sendiri untuk bertahan, tapi terkadang, hewan-hewan ini tidak punya waktu cukup untuk melarikan diri atau bersembunyi.

Kebakaran di kawasan konservasi seperti ini tidak hanya membahayakan flora dan fauna, tetapi juga mengancam keberlangsungan ekosistem yang sudah rapuh. Trenggiling hanyalah satu contoh dari banyak satwa yang mungkin terjebak atau terluka akibat kebakaran. Dan kita berbicara tentang ratusan hektare lahan hutan yang hilang—area yang seharusnya menjadi rumah bagi berbagai spesies yang dilindungi.

Hingga saat ini, pihak Balai TNWK belum bisa memastikan penyebab pasti dari kebakaran ini. Namun, kejadian seperti ini selalu menimbulkan pertanyaan: apakah ini akibat ulah manusia atau sekadar kejadian alam? Kita tahu bahwa di banyak kasus kebakaran hutan, pembukaan lahan dengan cara membakar sering menjadi faktor utama. Meski demikian, penyelidikan lebih lanjut tentu diperlukan sebelum kita bisa menyimpulkan penyebabnya. Jika kebakaran ini disebabkan oleh faktor manusia, ini akan menjadi tragedi yang lebih besar lagi, bukan hanya bagi satwa liar, tetapi juga bagi masa depan TNWK sebagai kawasan konservasi.

Apa yang terjadi di Way Kambas bukanlah fenomena baru. Kebakaran hutan telah menjadi masalah yang terus-menerus di Indonesia, terutama selama musim kemarau. Tapi yang membuatnya lebih memilukan adalah ketika api melanda kawasan konservasi yang seharusnya menjadi perlindungan terakhir bagi satwa langka. Saya rasa kebakaran ini adalah pengingat menyakitkan bahwa kita masih belum cukup menjaga apa yang tersisa dari hutan kita.

Secara pribadi, saya selalu merasa bahwa kebakaran hutan adalah salah satu bentuk bencana yang paling sulit diterima. Kita bisa mencegahnya, tapi sering kali kita memilih untuk tidak melakukannya. Saat membaca laporan tentang satwa seperti trenggiling yang terbakar hidup-hidup, hati saya terasa sakit. Mungkin bagi sebagian orang, kehilangan seekor hewan di tengah kebakaran besar bukanlah hal besar, tapi bagi saya, itu adalah simbol dari sesuatu yang jauh lebih besar yang sedang terjadi—kehilangan keseimbangan antara manusia dan alam.

Dalam beberapa dekade terakhir, hutan Indonesia terus berkurang dengan kecepatan yang mengkhawatirkan. Peristiwa kebakaran seperti di Way Kambas seharusnya menjadi panggilan untuk tindakan nyata. Konservasi bukan sekadar upaya simbolis; ini adalah tanggung jawab kita untuk menjaga planet ini tetap hidup. Dan itu dimulai dari hal kecil—seperti memastikan kebakaran di hutan kita tidak dibiarkan terjadi tanpa pengawasan.

Jika ada satu hal yang saya pelajari dari peristiwa ini, itu adalah betapa rentannya alam di tangan kita. Dan jika kita terus membiarkannya begitu saja, kita mungkin tidak akan memiliki hutan yang tersisa untuk diwariskan kepada generasi mendatang. Trenggiling yang terbakar di Way Kambas adalah pengingat menyakitkan akan tanggung jawab kita—untuk menjaga hutan, satwa liar, dan masa depan planet kita.

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال