Lpmpendapa.com - Saya ingat pertama kali saya benar-benar paham tentang pentingnya menjaga lingkungan, itu bukan dari rumah atau dari televisi, tapi dari sebuah pelajaran di sekolah. Waktu itu, guru saya mengajak kami semua ke luar kelas, ke halaman sekolah, dan kami diajarkan tentang bagaimana setiap bagian dari lingkungan memiliki peran penting.
Sejujurnya, saya tidak terlalu antusias di awal, karena saya berpikir ini hanya akan jadi salah satu pelajaran yang membosankan. Tapi ketika dia mulai menunjukkan bagaimana polusi kecil bisa merusak ekosistem besar, sesuatu dalam diri saya tersentuh. Momen itulah yang akhirnya membuat saya peduli. Dan itu membuat saya berpikir—bagaimana sekolah sebenarnya punya kekuatan besar dalam menanamkan kesadaran hijau sejak dini.
Kalau dipikir-pikir, sekolah adalah tempat di mana kita belajar hampir segalanya. Dari matematika, sains, sampai keterampilan sosial, semuanya bermula di sini. Jadi kenapa tidak memasukkan edukasi lingkungan dalam kurikulum utama? Sebagian besar dari kita mungkin ingat pelajaran IPA yang menyebutkan tentang fotosintesis atau siklus air, tapi lebih sering dari itu, pelajaran ini terasa abstrak dan terputus dari realitas sehari-hari. Sayangnya, banyak sekolah yang belum sepenuhnya memanfaatkan kesempatan ini untuk benar-benar mengajarkan kesadaran lingkungan secara mendalam.
Di banyak sekolah yang saya temui, edukasi lingkungan hanya menjadi pelajaran tambahan atau kegiatan ekstrakurikuler. Tapi kalau dipikir lagi, bukankah menjaga lingkungan itu harus jadi pengetahuan dasar? Ini bukan hanya soal teori, tapi soal kebiasaan hidup sehari-hari. Misalnya, kalau anak-anak diajarkan tentang pentingnya menghemat air atau energi sejak kecil, mereka akan tumbuh dengan kebiasaan itu, sama seperti mereka belajar berhitung atau membaca.
Salah satu pengalaman yang paling membuka mata adalah ketika saya berkesempatan mengunjungi sebuah sekolah di desa yang memiliki program lingkungan yang sangat keren. Sekolah itu punya kebun sendiri, di mana para siswa terlibat langsung dalam menanam sayur-sayuran organik. Bukan hanya teori tentang tanaman yang mereka pelajari, tapi mereka benar-benar melihat hasil kerja keras mereka tumbuh setiap harinya.
Dan yang paling menarik, hasil dari kebun itu digunakan untuk makan siang sekolah! Saya pikir, "Wah, ini cara yang luar biasa untuk mengajarkan anak-anak tentang pentingnya lingkungan." Mereka belajar tentang ekosistem, cara kerja tanah, dan pentingnya makanan sehat secara langsung.
Dari situ, saya mulai berpikir, kenapa tidak semua sekolah bisa melakukan hal yang sama? Mungkin memang ada tantangan logistik atau biaya, tapi kalau ada kemauan, pasti ada jalan. Contohnya, tidak perlu kebun besar untuk mengajarkan anak-anak tentang lingkungan. Bahkan menanam beberapa pot tanaman di kelas bisa menjadi cara yang efektif untuk mengajarkan mereka tentang pentingnya tumbuhan dan bagaimana kita bisa merawatnya. Hal-hal sederhana seperti ini bisa menumbuhkan rasa tanggung jawab dan kepedulian terhadap alam.
Satu hal yang saya pelajari dari pengalaman tersebut adalah bahwa anak-anak jauh lebih responsif terhadap pembelajaran yang bersifat praktis dibandingkan teori semata. Misalnya, daripada hanya membaca buku tentang daur ulang, anak-anak bisa diajak langsung untuk memilah sampah di sekolah mereka.
Guru bisa membuat sistem daur ulang sederhana di sekolah yang melibatkan seluruh siswa, sehingga mereka memahami prosesnya dari awal hingga akhir. Percayalah, mereka akan jauh lebih tertarik melihat botol plastik bekas yang mereka kumpulkan diubah menjadi barang baru daripada hanya membaca tentang siklus plastik di buku teks.
Tentu saja, saya tidak bisa bilang ini adalah tugas mudah. Saya pernah membantu mengorganisir program lingkungan di sebuah sekolah lokal dan, jujur saja, ada banyak tantangan. Misalnya, beberapa anak awalnya kurang tertarik. Mereka menganggap isu lingkungan itu terlalu jauh dari kehidupan mereka.
Ini membuat saya sadar, salah satu kesalahan saya adalah tidak mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari mereka. Ketika saya mulai menunjukkan bagaimana sampah plastik yang mereka buang bisa berakhir di lautan dan membunuh ikan yang mungkin akan mereka makan, barulah mereka mulai memahami dampaknya. Jadi, kuncinya adalah membuatnya relevan dengan kehidupan mereka.
Selain itu, melibatkan orang tua juga penting. Sekolah mungkin punya peran besar, tapi jika tidak ada dukungan dari rumah, efeknya bisa jadi tidak maksimal. Saya pernah berbicara dengan beberapa orang tua yang mengatakan bahwa anak-anak mereka pulang dari sekolah dengan ide-ide baru tentang daur ulang atau hemat energi, dan mereka merasa "dipaksa" untuk ikut mendukung. Awalnya mereka merasa terganggu, tapi lama-lama mereka sadar bahwa ini adalah perubahan yang baik. Anak-anak jadi pengingat yang kuat, bahkan untuk orang dewasa.
Program lingkungan di sekolah juga bisa dijadikan momen kolaboratif antara guru dan murid. Salah satu contoh yang saya lihat adalah proyek penelitian sederhana yang dilakukan oleh para siswa. Mereka diminta untuk mengamati seberapa banyak sampah yang dihasilkan dalam satu hari di sekolah mereka, dan setelah itu mereka harus mencari cara untuk menguranginya. Hasilnya?
Bukan hanya mereka berhasil mengurangi sampah, tapi mereka juga jadi lebih sadar tentang perilaku konsumtif mereka sendiri. Mereka mulai lebih berhati-hati dalam menggunakan kertas, botol plastik, dan barang-barang sekali pakai lainnya.
Seiring waktu, saya menyadari bahwa edukasi lingkungan di sekolah bisa menjadi dasar bagi anak-anak untuk tumbuh menjadi generasi yang lebih peduli. Jika kita bisa mengajarkan mereka sejak dini bahwa tindakan kecil mereka bisa berdampak besar pada lingkungan, mereka akan membawa kebiasaan itu hingga dewasa. Mungkin mereka tidak akan langsung jadi aktivis lingkungan, tapi setidaknya mereka akan berpikir dua kali sebelum membuang sampah sembarangan atau menyia-nyiakan sumber daya alam.
Kita semua tahu, bumi ini sedang menghadapi banyak tantangan besar. Pemanasan global, perubahan iklim, polusi—semuanya membutuhkan solusi jangka panjang. Dan salah satu cara terbaik untuk memastikan keberlanjutan bumi ini adalah dengan mendidik generasi muda kita. Mulai dari hal-hal kecil di sekolah, mereka akan tumbuh menjadi individu yang lebih sadar dan bertanggung jawab terhadap lingkungan.
Saya sangat percaya bahwa dengan melibatkan sekolah secara aktif dalam pendidikan lingkungan, kita sedang membangun fondasi yang kuat untuk masa depan yang lebih hijau. Semoga, dengan lebih banyak sekolah yang menerapkan program-program semacam ini, kita bisa melihat perubahan nyata dalam beberapa tahun ke depan. Dan itu semua dimulai dari langkah sederhana, seperti mengajak anak-anak menanam pohon di halaman sekolah atau memisahkan sampah plastik dari sampah organik.
Sekolah tidak hanya tempat belajar matematika atau sains. Itu adalah tempat di mana kebiasaan dan kesadaran terbentuk, dan kita punya kesempatan untuk menanamkan nilai-nilai lingkungan di sana.